I-News

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Jadwal Open Trip dan Private Trip.
Private Trip, Mountain Guide, Porter Gunung, Paket Honeymoon, Study Tour, Family Gathering, Outbond, Outing, dll +62 85 643 455 865 (( WA / SMS / Telp )

Bakumatsu

Bakumatsu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Sejarah Jepang
Satsuma-samurai-during-boshin-war-period.jpg
Daftar istilah
Bakumatsu (幕末?) adalah salah satu pembagian periode dalam sejarah Jepang yang merujuk kepada tahun-tahun terakhir zaman Edo menjelang runtuhnya Keshogunan Tokugawa. Periode ini dimulai dari peristiwa kedatangan Kapal Hitam (1853) hingga Perang Boshin (1869). Dalam periode Bakumatsu terjadi peristiwa bersejarah berakhirnya kebijakan isolasi yang disebut sakoku dan masa transisi dari pemerintahan feodal Keshogunan Tokugawa ke Pemerintah Meiji.
Walaupun tidak ada definisi yang pasti, awal periode Bakumatsu atau akhir Keshogunan Tokugawa biasanya merujuk kepada tahun kedatangan Kapal Hitam Angkatan Laut Amerika Serikat yang dipimpin Komodor Matthew C. Perry (1853) hingga keshogunan kehilangan kendali atas Jepang, dan shogun Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan kepada kaisar pada tahun 1867. Pada tahun berikutnya (1868), Kaisar Meiji naik tahta dan memulai era modernisasi yang disebut zaman Meiji.

Secara garis besar ada dua faksi besar, faksi nasionalis yang pro-kekaisaran dan faksi keshogunan yang didukung kelompok samurai elit Shinsengumi. Walaupun demikian, masih ada faksi lain juga memanfaatkan tahun-tahun terakhir Keshogunan Tokugawa untuk mencari keuntungan politik.[1] Dua kekuatan besar yang mendorong runtuhnya Keshogunan Tokugawa adalah kalangan tozama daimyo yang tidak puas dengan Keshogunan Tokugawa dan sentimen anti-Barat yang muncul setelah kedatangan Komodor Perry. Kalangan tozama daimyo tersisih dari kekuasaan pemerintahan setelah dikalahkan dalam Pertempuran Sekigahara tahun 1600. Sentimen anti-Barat diungkap dalam slogan politik "Sonnō jōi" ("dukung kaisar, usir orang barbar"). Titik akhir Bakumatsu adalah Perang Boshin dan Pertempuran Toba-Fushimi yang berakhir dengan kekalahan pasukan pendukung keshogunan.[2]

Referensi

  1. ^ Hillsborough, Romulus. Shinsengumi: The Shōgun's Last Samurai Corps. North Clarendon, Vermont: Tuttle Publishing, 2005.
  2. ^ Mark Ravina, Last Samurai: The Life and Battles of Saigo Takamori, John Wiley & Sons, 2004.

Sejarah Jepang 3. Bakumatsu

oleh: Dr. Susy Ong
Bakumatsu – sentimen ketidakpuasan rakyat jelata sebagai energi pendorong revolusi sosial, yang kemudian di-sabotase oleh kaum konservatif --- restorasi = kembali ke jaman kuno
Tahun 1853, Kedatangan Mattew Perry, utusan Presiden AS Millard Fillmore, komandan armada angkatan laut AS untuk wilayah India Timur (the U.S. Navy's East India Squadron) ke Uraga (di teluk Edo), dengan membawa draf Perjanjian Persahabatan Jepang – AS
--- mengapa disebut perjanjian PERSAHABATAN? --- perbandingan dengan Nanking Treaty
Tujuan delegasi Perry: menjadikan Jepang sebagai tempat singgah menuju Cina; tidak ada niat dan kemampuan ekonomi & militer untuk menaklukkan Jepang
Tokugawa bakufu panik, menyatakan akan memberi jawaban atas permintaan penandatanganan Perjanjian dengan AS pada tahun berikutnya
– perubahan struktur politik dari pola hirarkis absolut (dengan shogun sebagai pemimpin dan para daimyo sebagai bawahan) menjadi lebih egaliter, para daimyo menjadi penasihat, usul dan dukungan mereka diperlukan oleh shogun dalam mempertahankan kekuasaan
1853-1854: bakufu mengumpulkan daimyo (penguasa lokal) untuk merundingkan sikap yang sebaiknya diambil oleh bakufu terhadap permintaan AS. Setelah mempertimbangkan kekalahan Cina terhadap Inggris dalam perang candu dan isi perjanjian Nanking yang jauh lebih merugikan Cina, maka bakufu memutuskan untuk menerima pasal-pasal dalam perjanjian yang disodorkan oleh Perry.
1854, Perry kembali ke Edo. Teks perjanjian yang disodorkan oleh Perry adalah dalam bahasa Inggris, Belanda dan Cina klasik. Dari versi Cina klasik, bakufu membuat versi bahasa Jepang, sehingga perjanjian yang ditandatangani, adalah dalam 4 bahasa.
Setelah penandatanganan, bakufu membuat laporan kepada pihak istana di Kyoto.
Menindaklanjuti pasal 11 dari perjanjian perdamaian dan persahabatan Jepang-AS, pada Juli 1856, Townsend Harris, mantan konjen AS di kota Ningpo (pantai timur Cina), tiba di Jepang untuk menjabat sebagai konsul pertama AS untuk Jepang. Harris memaksakan pihak bakufu untuk menandatangani perjanjian perdagangan, agar AS menjadi satu-satunya negara industri Barat yang memperoleh hak dagang dengan Jepang.
1858, perjanjian persahabatan dan perdagangan Jepang-AS (The Treaty of Amity and Commerce Japan – US) ditandatangani di atas kapal AS, Powhatan, di teluk Edo.
Rochu (perdana menteri) bakufu, Hotta Masayoshi, berusaha mendekati pihak istana dan memperoleh Chokkyo (izin kaisar) terhadap surat perjanjian tersebut, untuk meredakan kelompok yang menentang perjanjian tersebut. --- di dalam tubuh bakufu maupun berbagai wilayah di Jepang, muncul kelompok yang mendukung perubahan kebijakan luar negeri dan kelompok yang menentang hubungan dengan luar negeri (sebagian karena ketidakpuasan terhadap rezim Tokugawa)
--- c.f. kelompok yang menyatakan diri pro demokrasi pada tahun 1998, sebetulnya adalah orang-orang yang tidak suka pada (karena dirugikan oleh) rezim Suharto.
Bakufu kemudian berturut-turut menandatangani perjanjian perdagangan yang sama dengan Perancis, Inggris, Rusia dan Belanda.
Kaisar yang bertahta waktu itu, kaisar Komei, merupakan figure anti asing. Dengan dukungan para kroni istana dan kelompok yang anti pemerintah bakufu, kaisar Komei menolak memberi Chokkyo kepada bakufu. Komei menjadi simbol (kartu as) bagi kelompok anti bakufu, dengan slogan Sonno Joi (menjunjung kaisar dan mengusir orang asing / barbar) – anti bakufu karena bakufu mengizinkan orang asing masuk ke Jepang
--- Bakufu (pemerintah yang berkuasa) pro perubahan kebijakan perdagangan luar negeri, kekuatan anti pemerintah anti perubahan
--- Restorasi Meiji pada tahun 1868: westernisasi, kekuatan anti asing harus dibasmi --- kaisar Komei yang konon bertubuh sehat, meninggal pada tahun 1866 (desember) dalam usia 36 tahun, menurut pengumuman resmi, penyebab kematian adalah cacar. Sejumlah peneliti sejarah di Jepang menduga ia diracun dan dibunuh atas perintah Iwakura Tomomi, bangsawan istana yang pro westernisasi, yang di kemudian hari menjadi pejabat tinggi di pemerintahan Meiji. (pemimpin Misi Iwakura)
Tersiarnya berita penolakan kaisar memberi Chokkyo kepada bakufu menjadi pemicu gerakan anti pemerintah dengan slogan Sonno Joi. Pemimpin eksekutif bakufu, Ii Naosuke, memerintahkan untuk mengeksekusi dan memenjarakan sejumlah tokoh anti pemerintah (peristiwa ansei no taigoku, 1858-1859).
Akibat peristiwa ini, bakufu kehilangan sejumlah pejabat yang kompeten, serta memicu anjloknya wibawa pemerintah. Para tokoh anti pemerintah yang di-eksekusi, justru dipandang sebagai martir yang terus memberi inspirasi kepada pengikut gerakan anti pemerintah di tahun 1860an.
1860, Ii Naosuke dibunuh oleh kelompok anti pemerintah, di pusat kota Edo (di luar pintu gerbang sakurada – sakurada mon-gai no hen) --- perdana menteri dibunuh di ibukota, membuktikan pemerintah tidak berwibawa dan tidak kompeten
Akibat perjanjian perdagangan dengan 5 negara Barat, terutama dengan Inggris (negara industri paling maju di dunia saat itu), impor produk industri semakin meningkat, menyebabkan inflasi dan bangkrutnya kerajinan tangan rakyat. Kelompok yang tidak puas pada status quo, menggantungkan harapan pada tokoh kunci penentu legitimasi shogun, yaitu Kaisar Komei.
1861-1867 – maraknya gerakan anti pemerintah dgn slogan Sonno Joi; di wilayah di sekitar Kyoto, para pemimpin gerakan anti pemerintah menggalang dukungan ribuan petani, dengan janji bahwa jika rezim bakufu berhasil ditumbangkan, maka akan diberi potongan pajak sebesar 50%.
Kebijakan bakufu (atas saran dan masukan dari sejumlah penguasa lokal, seperti Satsuma dan Choshu):
1860: membangun aliansi dengan istana (mengatur pernikahan shogun dengan adik perempuan kaisar Komei), bakufu berjanji dengan aliansi tersebut, shogun akan menggantikan kaisar sebagai pemimpin gerakan mengusir orang asing (Joi)
1862, putri Kazunomiya (adik kaisar Komei) tiba di Edo dan melangsungkan pernikahan dengan shogun Iemochi (shogun ke-14). Dengan pernikahan tersebut, kaisar Komei menunjukkan dukungan kepada shogun, sehingga kelompok anti bakufu (terutama kelompok dari Choshu) kehilangan legitimasi – 1864, bakufu berhasil memperoleh Chokkyo dari kaisar Komei untuk menghukum Choshu, dan mengerahkan pasukan untuk menyerang Choshu – penguasa Choshu berjanji akan taat pada bakufu.
September 1862, terjadi bentrokan antara iring-iringan pejabat Satsuma dengan orang Inggris di desa Namamugi (di luar kota Yokohama), menyebabkan 1 orang meninggal dan 2 orang luka di pihak Inggris. Agustus 1863, armada Inggris menyerang teritori Satsuma. Pihak Satsuma kalah telak, dan menerima usul damai dari pihak Inggris. Ini menjadi kesempatan bagi Inggris untuk mendekati dan menjalin aliansi dengan Satsuma.
1863, shogun Iemochi berjanji memimpin gerakan Joi, namun tidak melakukan tindakan militer. Justru para tokoh Choshu yang anti asing mengambil tindakan militer dengan menyerang kapal dagang AS, Perancis dan Belanda yang sedang berlayar di selat Kanmon (selat yang memisahkan pulau Honshu dengan pulau Kyushu). Ini memicu bentrokan bersenjata dengan pasukan gabungan AS-Inggris-Perancis-Belanda. Pihak Choshu kalah telak, dan menyadari bahwa gerakan Joi adalah sia-sia; lebih baik membuka diri dan belajar dari Barat. 1865, kelompok anti status quo di bawah pimpinan Takasugi Shinsaku berhasil dalam kudeta perebutan kekuatan, dan mulai membangun militer modern. Shogun Iemochi memutuskan untuk menekan Choshu, dan berhasil memperoleh chokkyo dari kaisar Komei. Namun, pihak Satsuma menolak ikut serta dalam kampanye militer terhadap Choshu.
Kelompok reformis di Satsuma dan Choshu mulai mencapai kesepakatan, lebih baik mengubah status quo, menjatuhkan rezim Tokugawa dan mendirikan pemerintah baru yang lebih pro aktif membuka diri / negeri Jepang terhadap dunia Barat. --- slogan berubah dari Sonno Joi (menjunjung kaisar dan mengusir orang asing / barbar) menjadi Sonno Kaikoku (menjunjung kaisar dan membuka negeri Jepang) – Desember 1866, kaisar Komei meninggal (misterius) – Sonno secara harafiah berarti menjunjung tinggi kaisar, tetapi dalam kenyataan adalah pemegang kekuasaan menjadikan kaisar sebagai simbol / boneka untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan
1866, shogun Iemochi meninggal di Osaka; penggantinya adalah Tokugawa Yoshinobu (shogun ke-15 sekaligus shogun terakhir). Menyadari bahwa bakufu sudah kehilangan legitimasi dan dukungan dari penguasa lokal, Yoshinobu memutuskan untuk mengembalikan mandat kepada kaisar, dengan perhitungan bahwa kaisar dan lembaga di bawahnya tidak punya kemampuan untuk memimpin Jepang, sehingga dalam waktu singkat akan kembali menyerahkan mandat kekuasaan kepada keluarga Tokugawa. Namun, kelompok istana sudah dikuasai oleh kekuatan aliansi Satsuma dan Choshu serta bangsawan yang anti bakufu. Dengan mudah mereka mendapatkan chokkyo untuk menyatakan perang terhadap Tokugawa.
1868: perang boshin, antara kelompok pro tokugawa dan kelompok anti tokugawa
Tujuan kelompok anti tokugawa: merebut kekuasaan secara mutlak dari tokugawa, untuk menjadi pemimpin negara Jepang.
Machiavellism dalam drama perebutan kekuasaan: restorasi Meiji

Posting Komentar

0 Komentar