Penghalang Ittiba’ (3) : Mendahulukan Pendapat Nenek Moyang Dan Para Tokoh Di Atas Dalil
Termasuk penghalang ittiba’ yang terbesar adalah mendahulukan pendapat
nenek moyang, para guru dan para tokoh pembesar, atas nash-nash yang
shahih. Allah berfirman,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلاَ يَهْتَدُونَ
“Dan jika
dikatakan kepada mereka, marilah kalian kepada apa yang Allah turunkan
kepada Rasul, niscaya mereka berkata, cukuplah bagi kami apa yang kami
dapati bapak-bapak kami berada padanya. Apakah (mereka tetap bersikap
demikian) meskipun bapak-bapak mereka tidak mengetahui sesuatu apapun
dan tidak mendapat petunjuk?” (QS. Al-Maidah: 104)
Dalam menjelaskan ayat ini, Ibnu Katsir berkata, “Jika mereka diajak kepada agama dan syariat Allah, kepada hal-hal yang Allah wajibkan dan meninggalkan hal-hal yang Allah haramkan, mereka berkata, cukup bagi kami jalan-jalan yang ditempuh oleh nenek moyang kami. Allah berfirman, ‘Apakah (mereka tetap bersikap demikian) meskipun bapak-bapak mereka tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak mendapat petunjuk?’ Yakni, mereka tidak mengetahui, memahami dan mengikuti kebenaran. Lalu kenapa mereka tetap mengikutinya padahal demikian keadaannya?! Tidak ada yang mengikuti mereka melainkan orang yang lebih bodoh dari mereka dan lebih sesat jalannya”.
Allah Ta’ala berfirman,
Dalam menjelaskan ayat ini, Ibnu Katsir berkata, “Jika mereka diajak kepada agama dan syariat Allah, kepada hal-hal yang Allah wajibkan dan meninggalkan hal-hal yang Allah haramkan, mereka berkata, cukup bagi kami jalan-jalan yang ditempuh oleh nenek moyang kami. Allah berfirman, ‘Apakah (mereka tetap bersikap demikian) meskipun bapak-bapak mereka tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak mendapat petunjuk?’ Yakni, mereka tidak mengetahui, memahami dan mengikuti kebenaran. Lalu kenapa mereka tetap mengikutinya padahal demikian keadaannya?! Tidak ada yang mengikuti mereka melainkan orang yang lebih bodoh dari mereka dan lebih sesat jalannya”.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلاَ يَهْتَدُونَ
“Pada hari ketika
wajah-wajah mereka dibolak-balikkan di dalam neraka, mereka berkata,
aduhai, seandainya dulu kita mentaati Allah dan Rasul. Mereka berkata,
wahai Rabb kami, sesungguhnya kami (dahulu) mentaati tokoh-tokoh dan
pembesar-pembesar kami lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang
lurus), wahai Rabb kami, berikanlah kepada mereka siksaan dua kali lipat
dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar” (QS. Al-Ahzaab: 66-68)
Baca selengkapnya >> http://muslim.or.id/manhaj/penghalang-ittiba-3-mendahulukan-pendapat-nenek-moyang-dan-para-tokoh-di-atas-dalil.html
Baca selengkapnya >> http://muslim.or.id/manhaj/penghalang-ittiba-3-mendahulukan-pendapat-nenek-moyang-dan-para-tokoh-di-atas-dalil.html
0 Komentar