Wikramawardhana - Raja Kelima Majapahit
Silsilah Wikramawardhana dan Kusumawardhani
Wikramawardhana dalam Pararaton bergelar Bhra Hyang Wisesa Aji Wikrama. Nama aslinya adalah Raden Gagak Sali.
Ibunya bernama Dyah Nertaja, adik Hayam Wuruk, yang menjabat sebagai
Bhre Pajang. Sedangkan ayahnya bernama Raden Sumana yang menjabat
sebagai Bhre Paguhan, bergelar Singhawardhana.
Permaisurinya, yaitu Kusumawardhani adalah putri Hayam Wuruk yang lahir dari Padukasori. Dalam Nagarakretagama (ditulis 1365), Kusumawardhani dan Wikramawardhana
diberitakan sudah menikah. Padahal waktu itu Hayam Wuruk baru berusia
31 tahun. Maka, dapat dipastikan kalau kedua sepupu tersebut telah
dijodohkan sejak kecil. Dari perkawinan itu, lahir putra mahkota bernama
Rajasakusuma bergelar Hyang Wekasing Sukha, yang meninggal sebelum
sempat menjadi raja.
Pararaton juga menyebutkan, Wikramawardhana
memiliki tiga orang anak dari selir, yaitu Bhre Tumapel, Suhita, dan
Kertawijaya. Bhre Tumapel lahir dari Bhre Mataram, putri Bhre
Pandansalas. Ia menggantikan Rajasakusuma sebagai putra mahkota, tetapi
juga meninggal sebelum sempat menjadi raja.
Kedudukan sebagai pewaris takhta kemudian dijabat oleh Suhita yang lahir dari Bhre Daha putri Bhre Wirabhumi.
Awal Pemerintahan Wikramawardhana dan Kusumawardhani
Saat Nagarakretagama ditulis tahun 1365, Kusumawardhani masih menjadi putri mahkota sekaligus Bhre Kabalan. Sedangkan Wikramawardhana menjabat Bhre Mataram dan mengurusi masalah perdata.
Menurut Pararaton, sepeninggal Hayam Wuruk tahun 1389, Kusumawardhani dan Wikramawardhana naik takhta dan memerintah berdampingan. Jabatan Bhre Mataram lalu dipegang oleh selir Wikramawardhana,
yaitu putri Bhre Pandansalas alias Ranamanggala. Ibu Bhre Mataram
adalah adik Wikramawardhana sendiri yang bernama Surawardhani alias Bhre
Kahuripan. Jadi, Wikramawardhana menikahi keponakannya sendiri sebagai selir.
Rajasakusuma
sang putra mahkota diperkirakan mewarisi jabatan Bhre Kabalan
menggantikan ibunya, meskipun tidak disebut secara tegas dalam
Pararaton. Pada tahun 1398 Rajasakusuma mengangkat Gajah Menguri sebagai
patih menggantikan Gajah Enggon yang meninggal dunia. Berita dalam
Pararaton ini harus ditafsirkan sebagai “mengusulkan”, bukan “melantik”.
Rajasakusuma
meninggal tahun 1399. Candi makamnya bernama Paramasuka Pura di
Tanjung. Kedudukan putra mahkota lalu dijabat Bhre Tumapel putra Wikramawardhana dan Bhre Mataram.
Pada tahun 1400 Wikramawardhana turun takhta untuk hidup sebagai pendeta. Kusumawardhani pun memerintah secara penuh di Majapahit.
Peninggalan sejarah Wikramawardhana berupa prasasti Katiden (1395), yang berisi penetapan Gunung Lejar sebagai tempat pendirian sebuah bangunan suci.
Wikramawardhana dalam Perang Paregreg
Menurut Pararaton, Wikramawardhana kembali menjadi raja, karena Kusumawardhani meninggal dunia. Kusumawardhani dicandikan di Pabangan, bernama Laksmipura.
Pada tahun 1401 Wikramawardhana
berselisih dengan Bhre Wirabhumi, saudara tiri Kusumawardhani.
Perselisihan antara penguasa Majapahit Barat dan Majapahit Timur itu
memuncak menjadi perang saudara tahun 1404, yang disebut perang
Paregreg.
Pada
tahun 1406 pasukan istana barat dipimpin Bhre Tumapel menghancurkan
istana timur. Bhre Wirabhumi tewas di tangan Raden Gajah alias Bhra
Narapati. Wikramawardhana kemudian memboyong Bhre Daha putri Bhre Wirabhumi sebagai selir.
Akhir Pemerintahan Wikramawardhana
Perang
Paregreg membawa kerugian besar bagi Majapahit. Banyak daerah-daerah
bawahan di luar Jawa melepaskan diri ketika istana barat dan timur sibuk
berperang.
Wikramawardhana
juga berhutang ganti rugi pada kaisar Dinasti Ming penguasa Cina.
Ketika terjadi penyerbuan ke timur, sebanyak 170 orang anak buah
Laksamana Ceng Ho ikut terbunuh. Padahal waktu itu Ceng Ho sedang
menjadi duta besar mengunjungi Jawa.
Menurut kronik Cina tulisan Ma Huan (sekretaris Ceng Ho), Wikramawardhana
diwajibkan membayar denda pada kaisar sebesar 60.000 tahil. Sampai
tahun 1408 baru bisa diangsur 10.000 tahil saja. Akhirnya, kaisar
membebaskan hutang tersebut karena kasihan.
Pada
tahun 1426 terjadi bencana kelaparan melanda Majapahit. Bhre Tumapel
sang putra mahkota meninggal dunia tahun 1427. Candi makamnya di Lokerep
bernama Asmarasaba. Disusul kemudian kematian istri dan putra Bhre
Tumapel, yaitu Bhre Lasem dan Bhre Wengker.
Wikramawardhana akhirnya meninggal pula akhir tahun 1427. Ia dicandikan di Wisesapura yang terletak di Bayalangu.
# Kolom Iklan #
0 Komentar