I-News

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Jadwal Open Trip dan Private Trip.
Private Trip, Mountain Guide, Porter Gunung, Paket Honeymoon, Study Tour, Family Gathering, Outbond, Outing, dll +62 85 643 455 865 (( WA / SMS / Telp )

Menpora: PSSI Jangan Ngeyel!

Menpora: PSSI Jangan Ngeyel!
Andi Mallarangeng-Nurdin Halid

Kamis, 10 Maret 2011 08:19 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA - Pemerintah meminta pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) agar tidak ngeyel membantah pertemuan delegasi pemerintah dengan Ketua FIFA (organisasi sepak bola dunia), Sepp Blatter, di Zurich, Swiss. Delegasi yang diutus pemerintah adalah Duta Besar Indonesia di Swiss, Djoko Susilo, dan Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Rita Wibowo.

“Dua utusan pemerintah sudah ketemu. Jadi, terserah jika pengurus PSSI masih membantahnya,” kata Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menegpora), Andi Alfian Mallarangeng.

Sekembalinya ke Tanah Air, pemerintah akan mendengar penjelasan hasil pertemuan Ketua KONI, Rita Subowo, yang akan dijadikan dasar pelaksanakan kongres Komite Penyelamat Persepakbolaan Nasional (KPPN) di Surabaya pada 25 sampai 27 Maret mendatang. KPPN sendiri, kata Andi, bukan ingin menyingkirkan PSSI. KPPN justru ingin mencari jalan bersama yang muaranya sama untuk menghentikan kekisruhan sepak bola di Indonesia.

“Yang pasti harus ada reformasi dan restrukturisasi dalam tubuh PSSI. Namun, semuanya akan sesuai prosedur dan mengacu pada hasil pertemuan delegasi pemerintah dengan Ketua FIFA,” ujar Andi.

Andi mendesak PSSI agar jangan terus melakukan berbagai kebohongan. Karena, hal tersebut bisa menurunkan kredibilitas PSSI. Andi mengharapkan PSSI bisa jadi kebanggaan bangsa Indonesia dalam meraih prestasi jika mau berkolaborasi dengan pemerintah yang fokus pengembangan kualitas dunia persepakbolaan Indonesia.

Masalah statuta FIFA yang versi Bahasa Inggris dengan Bahasa Indonesia hasil terjemahan PSSI yang berbeda jauh juga dinilai Andi merupakan pelanggaran serius. “Statuta FIFA dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia sebenarnya tak ada masalah jika diartikan sama. Yang jadi persoalan adalah makna statuta Bahasa Indonesia versi PSSI yang berbeda itu yang perlu dikoreksi,” jelasnya.

Redaktur: Didi Purwadi
Reporter: Erik Purnama Putra

Posting Komentar

0 Komentar