APA ITU KUDUNG GAUL??


Kudung gaul adalah bentuk ekspresi kawula muda yang menuntut kebebasan berpakaian. Sebagai seorang muslimah, mereka tidak mau menaggalkan jilbabnya, tapi juga tidak mau ketinggalan zaman alias tidak mau disebut kampungan, kuno atau terbelakang. Namun sayang, trend mode ini tidak umumnya kurang memperhatikan syari'at Islam terutama aturan berjilbab.


Kerudung ini umumnya hanya dililikan ke leher (tidak dirumbaikan ke dada sebagaimana aturan Islam) dengan membiarkan dada terbuka. Atau sekalipun dibungkus, namun sayang kaos/T-Sirt terlalu ketat hingga lekuk-lekuk dada begitu jelas. Lebih disayangkan lagi, celana atau rock yang dikenakan pun sangat ketat hingga membentuk pinggul. Jelas hal ini sangat bertolak belakang dengan jilbab yang dikehendaki Islam.
Munculnya kudung gaul secara syar'i bisa dikategorikan jilbab yang sesungguhnya bukan jilbab (jilbab palsu) karena tidak memenuhi jilbab sebagaimana dituntut Islam. Bahkan mereka yang telah terjerumus ke dalam mode pakaian seperti ini tergolong berbuat fakhisah yaitu suatu kejahatan yang bukan saja merugikan diri sendiri tapi juga menjerumuskan orang lain pada lembah kehinaan.
"…Wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang selalu maksiat dan menarik orang lain untuk berbuat maksiat. Rambutnya sebesar punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium wanginya, padahal bau surga itu tercium sejauh perjalanan yang amat panjang." (HR. Muslim).

Jika ditelusuri lebih jauh, munculnya kudung gaul ini sebagai akibat infiltrasi atau perembesan budaya pakaian Barat terhadap gene-rasi muda Islam. Namun yang menjadi tanda tanya besar, mengapa hal ini bisa terjadi ? Hal ini bisa disebabkan beberapa faktor di bawah ini :
Pertama, maraknya tayangan televisi atau bacaan yang terlalu berkiblat ke mode Barat. Faktor ini adalah yang paling dominan. Betapa tidak, semenjak menjamurnya tele-visi dengan persaingan merebut pemirsa dan dibukanya kran kebebasan pers sehingga menjamurnya berbagai tabloid yang mengumbar mode buka-bukaan ala Barat menyebab-kan munculnya peniruan di kalangan generasi muda Islam. Akibat lebih jauh, muncullah gaya berjilbab yang sesung-guhnya telanjang yaitu kudung gaul. Hal ini lebih diperparah lagi dengan menjamurnya rental-rental VCD yang semakin membawa generasi muda memasuki dunia mode ala Barat.

Kedua, minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai Islam sebagai akibat dikuranginya jam pendidikan aga-ma di sekolah-sekolah umum. Faktor ini merupakan realitas yang menyakitkan. Betapa di negara mayoritas Islam yang seharusnya syari'at Islam dijunjung tinggi, tapi kenyataan-nya justru diping-girkan. Akibatnya, generasi muda Islam semakin jauh dari Islam dan kehilangan arah dalam menen-tukan sikap termasuk cara berpakaian. Tujuan utama diku-rangi jam pelajaran agama agar anak lebih menguasai bi-dang Iptek untuk mengejar ketertinggalan dengan dunia Ba-rat. Namun pada kenyataannya justru lebih hancur kerena mental anak-didiknya kosong dari nilai-nilai agama. Di sisi lain, pendidikan agama di madrasah-madrasah sepulang sekolah formal saat ini tidak efektif karena perhatian anak lebih terfokus pada tayangan televisi.

Ketiga, kegagalan fungsi keluarga. Munculnya feno-mena kudung gaul ini secara tidak langsung menggambar-kan kegagalan fungsi keluarga sebagai kontrol terhadap ge-rak langkah anak-anak muda. Para orang tua telah gagal memberikan pendidikan agama yang benar. Parahnya, orang tua sendiri cenderung terbawa arus modern, terbukti kudung gaul ini kini telah merambah juga para orang tua dengan dalih yang sama dengan para remaja : ikut mode! Saat ini, rumah kaum muslimin telah bergeser fungsi dari lembaga pendidikan informal, tempat mendidik putra-putrinya menjadi anak shaleh, menjadi bioskop, restoran atau hotel. Rumah tak ubahnya seperti bioskop, sekedar tempat nonton, orang tua dan anak sama-sama keranjingan siaran televisi. Rumah juga tak ubahnya sebagai hotel, ha-nya sekedar tempat tidur dan tak ubanya restoran hanya sekedar tempat makan. Sementara itu ruh dari rumah itu sendiri yaitu pendidikan akhlak dan aqidah sudah sangat jarang diberikan di rumah. Akibatnya, ketika anak keluar rumah, tak ubahnya sosok kuda yang kehilangan kendali.

Keempat, peran para perancang yang tidak memahami dengan benar perinsip pakaian Islam. Sebagaimana kita maklumi, gairah generasi muda Islam dalam menekuni Islam setelah runtuhnya orde baru cukup signifikan. Untuk merespon kecenderungan ini, banyak para parancang yang sesungguhnya tidak mengerti aturan pakaian Islam, menco-ba merancang pakaian Islam dengan polesan mode yang lagi trend. Kemudian diadakan fashion show, ditayangkan di te-levisi dan dimuat di tabloid-tabloid dan berbagai surat kabar. Parahnya, mode itu banyak yang keluar dari rel Islam Sementara remaja Islam yang minim pengetahuannya ten-tang pakaian Islam, menganggap bahwa gaya jilbab dari pa-ra perancang itu mutlak benar. Akibatnya jilbab mengalami distorsi dan sudah keluar jalur dengan trend kudung gaul.

Kelima, munculnya para mu'allaf dikalangan artis atau artis yang baru mengenakan kerudung. Artis di era modern tak ubahnya seorang Nabi yang segala tingkah dan ucapannya menjadi "teladan" bagi fansnya. Ketika sang artis itu masuk Islam (mu'allaf) dengan mengenakan kerudung apa adanya, banyak fans atau penggemarnya yang ikut-ikutan meniru gaya artis tersebut. Atau di era reformasi ini banyak artis ternama yang mengenakan jilbab, namun tetap berpakaian ketat. Banyak para penggemarnya yang ikut-ikutan meniru gaya berjilbabnya. Mereka yang berpakaian ala artis itu dianggapnya remaja gaul. Istilah "kudung gaul" akhirnya menjadi trend.
Dari lima sebab di atas dapat disimpulkan bahwa dunia Islam, khususnya di Indonesia tengah dilanda degradasi moral yang terjadi secara berkesinambungan. Generasi muda dicekoki tontonan instan (Seks, kekerasan dan horor). Akibatnya mereka kian permisif dan emosional. Berbagai kekerasan dan seks bebas pun melanda Indonesia Kudung gaul dalam hal ini sebagai imbas dari semua itu.

Mendefinisikan "Jilbab", tentu tak lepas dari kesepakatan para ulama tentang
kriteria yang wajib dipenuhi busana muslim. Seperti yang tertulis dalam kitab Fiqh
Wanita yang di tulis oleh Ibrahim Muhammad Al-Jamal :
Pertama : Menutup Seluruh badan selain wajah dan kedua telapak tangan
Kedua : Tidak ketat, sehingga masih menampakkan bentuk tubuh yang ditutupinya.
Ketiga : Tidak tipis temaran sehingga warna kulit masih bisa dilihat
Keempat : Tidak menyerupai pakaian laki-laki
Kelima : Tidak berwarna mencolok, sehingga, menarik perhatian orang
Keenam : Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
Ketujuh : Dipakai bukan maksud memamerkan, Ri'ya. (Niatnya hanya karna Allah saja.)

Selain kriteria diatas, perlu diingat bahwa pemakaian kerudung harus sampai menutup dada. Hal ini disebutkan secara gamblang dalam surat An-Nisaa:31, " dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan periasannya."

Ketika seorang jilbaber (yg memakai jilbab) ingin terlihat menarik dimata setiap
orang yang memandangnya, sesungguhnya ia sudah berusaha mempertemukan dua hal yang bertolak belakang dalam Islam. Karena justru yang menjadi alasan penting seorang
muslimah diperintahkan berjilbab, adalah untuk meredam daya tarik tubuhnya yang memang luar biasa.

Adalah sebuah kenyataan, bahwa bagi setiap laki-laki, daya tarik seorang wanita
ibarat tipu daya yang tidak bisa dianggap enteng. Dalam surat Yusuf ayat 28,
Zulaikha disebutkan memiliki tipu daya yang besar (inna kaida kunna 'adzhim).
Bandingkan dengan sebutan yang Allah SWT berikan untuk tipu daya syaithan itu
adalah lemah." (QS An-Nisaa:76). Bayangkan !

Wanita memang menarik, tapi bukan ia hidup hanya untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Karena ia dapat menjelma menjadi sosok yang mulia. Dan untuk menjadi
sosok yang demikian, tentu Sang Kholiq-lah yang paling tahu bagaimana caranya.
Dan jilbab, adalah sebuah resep sederhana yang dapat mengangkat derajat wanita.
"Hendaklah kamu mengulurkan jilbabmu ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, kerena itu mereka tidak diganggu.
Dan adalah Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab ayat 59)

Jilbab, bukalah seperangkat asesoris, atau sekedar mode busana yang aturan pakainya dapat diatur sesuai selera si pemakai. Jilbab adalah sebuah simbol penghambaan diri seorang muslim terhadap ketentuan Rabb-Nya, sebuah pengakuan bahwa Allah 'azza wa jalla berhak penuh mengatur kehidupannya.

Muslimah berjilbab, adalah kontributor dalam menciptakan kondisi pergaulan yang sehat. Itulah sebabnya, berjilbab, dengan memahami esensi dan persyaratannya,
bernilai 'ibadaah di sisi Allah SWT. Memiliki niat baik memang tak berarti luput
dari godaan syaitan. Karena syaitan begitu lihai melihat celah yang bisa ia susupi
untuk menipu manusia. Dengan tipu dayanya seorang muslimah dapat memandang baik
sebuah perbuatan yang sebenarnya buruk dimata Allah SWT. "Dan ketika syaitan
menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka…" (QS Al-Anfal:48)

Maka, seorang muslimah hendaknya dapat memastikan untuk apa dan bagaimana ia berjilbab. Tidak terpengaruh sama sekali dengan berbagai model jilbab yang ada.
Jilbab. Itu saja ! Dengan segala kemuliaan yang terkandung di dalamnya…

Posting Komentar

0 Komentar

Editors Pick

4/recent/post-list

Follow Us On Instagram

Costumer Service

Hubungi kami di nomor +6285 643 455 685 atau +6281 393 996 754 ( chat only )

Chatt Admin