I-News

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Jadwal Open Trip dan Private Trip.
Private Trip, Mountain Guide, Porter Gunung, Paket Honeymoon, Study Tour, Family Gathering, Outbond, Outing, dll +62 85 643 455 865 (( WA / SMS / Telp )

SEPENGGAL DUKA DILANGIT CINTA



BISMILLAHIROHMANIROHIM

SEPENGGAL DUKA DILANGIT CINTA

BY: ABU UMAR BASYIER
KISAH NYATA

Bag 1

Kebahagiaan tak terlukiskan (sungguh kebahagiaan yg teramat sulit didetilkan dg kata-kata !)

Hari ini tanggal 1 Dzulqa'dah tepat 1 bulan setelah Iedul Fitri,Hamidah melangsungkan pernikahannya dg Fahrul bukan sekadar karena ini adalah hari ia melepas masa lajang yg cukup panjang sampai usia 29 tahun hingga merasa layak berbahagia tapi karena pernikahan ini berlangsung setelah melalui perjuangan cukup melelahkan.2 Bulan penuh setelah dia dan calon suaminya memutuskan ingin segera menikah Hamidah harus berjuang untuk bisa melaksanakannya.Waktu yg cukup panjang bagi orang yg sudah sangat rindu menikah.

Saat akhirnya ia menikah sungguh sebuah keajaiban yg melegakan hati.Ada letupan kegembiraan yg menggema keras dalam sanubarinya,ingin rasanya ia melonjak dan mengiramakan kegembiraan itu dg senandung riang.Namun ia memilih membisikan dzikir dg lembut Masya Allah,Masya Allah...(1)
Allahu Akbar... Allahu akbar... Airmata menetes lembut dipipi Hamidah.

***

Ayah dan Ibu Hamidah adalah tipikal orang tua yg sangat memperhatikan kebahagiaan anaknya.Hal itu amat dirasakan oleh Hamidah sendiri.

Sebenarnya nyaris pada setiap langkah yg diambil Hamidah dalam beragam persoalan yg ia hadapi slalu saja mereka turut serta memberi saran dan petunjuk selain itu mereka termasuk sosok orang tua yg agamis setidaknya menurut ukuran lingkungan hidup yg sarat materialisme seperti sekarang ini.Sehingga norma-norma agama selalu menjadi bagian penting dari setiap pertimbangan mereka,saat berembug dg putri mereka itu untuk mencari solusi-solusi terbaik.Yah,termasuk dalam proses pernikahannya ini.

Ghirah keagamaan mereka begitu kuat itulah kenapa dari semenjak remaja hingga usia yg cukup lanjut bagi seorang gadis sepertinya,ia tak pernah dihalangi oleh mereka untuk belajar dan mendalami agama.Dari mulai masih di SMU hingga menyelesaikan kuliah Hamidah akrab dg dunia ilmu-ilmu keagamaan.Beragam jenis buku yg direkomendasikan para ulama tentu dalam edisi terjemahannya dilalap habis satu demi satu,Hamidah sangat kutu buku.

Dari majelis kemajelis ilmu,pengetahuannya tentang islam kian hari kian terasah semua upaya itu didukung penuh oleh orang tuanya bahkan ketika ilmu yg ia pelajari harus berlawanan dg sebagian persepsi agama yg dipahami dan diyakini ke 2 orang tuanya itu selama ini,ia sama sekali tidak ditentang.Ia diberi kebebasan dan keleluasaan mempelajari dan mengungkapkan apa yg ia yakini.

Lambat laun justru merekalah yg akhirnya mulai memahami bulir-bulir kebenaran yg diyakini putri mereka itu.Alih-alih memandang aneh pendapat-pendapat putrinya itu mereka kini malah sangat membanggakannya dihadapan siapa pun "Ini hasil dari harapan dan upaya kami selama ini... "

Itu dalam soal menggeluti ilmu agama senantiasa mereka mensupport putrinya tersebut untuk tak henti-hentinya menimba ilmu berapapun biaya yg harus mereka keluarkan untuk tujuan itu.

Tapi dalam soal pergaulan jangan main-main mereka memberi batasan-batasan ketat mungkin malah terkesan sedikit kolot bagi kebanyakan orang.Tak sembarangan teman bisa Hamidah pergaul dg akrab tak sembarangan komunitas pergaulan bisa dimasuki Hamidah.

Dg mudah.Orang tua Hamidah slalu memantau ketat dg siapapun dia bergaul mereka ingin Hamidah supel tapi tetap harus seksama memilih teman yg akan dia akrabi.Masya Allah...

Alasan mereka klasik pengaruh moral buruk adalah hal yg paling mereka khawatirkan atas diri putri mereka tersebut.Terlebih-lebih lingkungan tempat tinggal mereka ditengah kota.Ada beragam sajian kenakalan remaja tertayang di depan mata setiap harinya.Ngeri,membayangkan anak gadis mereka terjebak dalam pola pergaulan yg tak karuan seperti itu.

Dan Alhamdulillah,Hamidah memandang sikap orang tuanya itu sebagai anugerah yg amat besaq karena itu tentu setelah taufiq dan inayah Allah,ia bisa terjaga dari beragam pola hidup kekinian yg kerap bertubrukan dg rambu-rambu syariat.

Tapi perhatian mereka yg begitu dalam padanya tersebut dan kasih sayang mereka yg berlimpah ruah itulah yg akhirnya justru membuat Hamidah sempat menunda-nunda menikah hingga beberapa tahun penyebabnya karena orang tuanya ingin ia memperoleh jodoh yg betul-betul mampu membahagiakan dirinya.Di titik ini segalanya masih tampak wajar-wajar saja.

Tapi persoalannya satu demi satu pemuda muslim yg mencoba meminangnya atau bahkan sekadar berusaha mendekatinya akhirnya berbalik badan pelan-pelan.Sebagian bahkan sudah mundur teratur sebelum mulai berusaha,sikap keras ke 2 orang tua Hamidah dan selektivitas mereka dalam memilih calon menantu yg begitu ketat dan cenderung rumit membuat kebanyakan para pemuda itu serta merta berubah bagai kesatria yg kalah sebelum berperang dan itu berlangsung bertahun-tahun semenjak Hamidah baru saja kuliah semester pertama hingga mendekati usia 30 tahun.

Ketika akhirnya Hamidah menikah dihari ini sungguh drama kelam itu seolah olah mendadak berakhir padahal Fahrul bukanlah sosok yg dianggap orang tuanya cukup layak menikahinya.Namun inilah tampaknya rahasia takdir yg misterius itu.Hamidah menyambut suratan itu dg suka cita.

***

Kedua orang tua Hamidah mulanya tak mau menerima Fahrul sebagai menantu pasalnya Ayah Fahrul adalah mantan preman yg cukup terkenal diwilayah dimana ia tinggal.Ia baru berhenti menjadi preman setelah lama menikah dg Fatimah ibu dari Fahruh.Sehingga Fahrul sendiri sempat mengalami masa kanak-kanak dan remata dalam didikan preman pasar yg hidup jauh dari petunjuk Allah.

Bau minuman keras,asap rokok dan kebejatan moral sekian lama terhirup oleh tarikan nafasnya sehari-hari disaksikan oleh kedua belah matanya,didengar kedua telinganya selama bertahun-tahun dari perilaku ayah kandungnya itu.

Ia hidup dalam ruang dan tempat yg pekat dg pelanggaran-pelanggaran moral hanya ada secercah sinar kebaikan yg memancar redup dari perilaku Ibunya yg agak bertolak belakang dg gaya hidup Ayahnya.Namun tak banyak mewarnai perilaku kesehariannya,Ia tetap tumbuh sebagai remaja yg lebih berjiwa anak-anak pasaran.

Ayah Fahrul memang akhirnya tobat dunia hitam itu Ia tinggallan.Saat itu usia Fahrul sudah menginjak 16 tahun,sang Ayah mulai mengenal shalat mulai mau mengaji dan menghadiri majelis-majelis ilmu.Sang Ibu memang semenjak kecil tak pernah meninggalkan shalat bahkan saat sang suami masih malang melintang sebagai preman pasar sekalipun,semakin rajin pula beribadah dan memimba ilmu jgama sedikit demi sedikit.Dari situlah lingkaran hidup Fahrul ikut berubah memancarkan harapan-harapan indah.

Fahrul sendiri juga berubah menjadi sosok remaja yg mulai akrab dg masjid.Setapak demi setapak ia mulai rajin mendalami ilmu-ilmu agama.Itu berlangsung terus hingga ia lulus SMU dan melanjutkan studinya dipeguruan tinggi.

Karena kegigihannya ia berhasil menyelesaikan progam S1 dan S2 disebuah perguruan tinggi islam dikotanya dibidang Tafsir Hadits dg tanpa meninggalkan kesibukannya dimajelis-majelis ilmu.Sebuah prestasi yg cukup mentereng bagi seorang pemuda yg baru hidup sejenak dilingkungan keislaman dan miskin bekal ilmu keagamaan.

Di dunia mengaji Fahrul terbiasa menularkan ilmu pengetahuan agamanya kepada kalangan remaja masjid bahkan kaum tua dimasjid dimana ia menjalankan shalat 5 waktu berjama'ah setiap harinya.Masyarakat sudah biasa memanggilnya ustadz meski sejatinya ia merasa sungkan dg sebutan itu.

"Panggil saja saya,pak guru Fahrul.Itu lebih nyaman." Ungkap Fahrul kepada anak-anak remata yg dia beri pelajaran agama.

" Ustadz itu panggilan untuk orang yg mengenal betul ilmu-ilmu agama.Sementara saya ? Mulai mendalami islam pun baru-baru saja.Dipanggil guru ngaji pun rasanya belum pantas..." Ujarnya dilain kesempatan.

***

Diperguruan tinggi itulah,Ia mengenal Hamidah.Melalui proses ta'aruf yg sederhana akhirnya ia bertekad mempersuntingnya tepat beberapa bulan setelah ia menyelesaikan program S2.Hamidah sendiri sebenarnya juga baru saja berhasrat melanjutkan kuliah untuk menggondol gelar sarjana penuh tapi niat itu Ia urungkan dan lebih memilih menikah dg Fahrul.Pilihan yg baginya sebuah keputusan bijak dan ia tidak pernah sedikitpun menyesalinya.

Dalam penjajakan selama beberapa bulan atas latar belakang kepribadian dan perilaku calon suaminya itu,Ia merasa Fahrul layak menjadi pendampingnya.

Namun kedua orang tuanya berpendapat lain,latar belakang Fahrul yg akhirnya diketahui sebagai anak mantan preman pasar menjadi sebuah catatan tersendiri yg membuat mereka ragu menerimanya sebagai menantu.

Terjadilah diskusi-diskusi alot antara Hamidah dg ke 2 orang tuanya,yg begitu khawatir melihat putri kesayangannya bersuamikan anak mantan preman pasar yg dulu dikenal bengis.kekhawatiran tersebut mau tak mau harus berbenturan dg argumen dan penjelaran Hamidah untuk membela calon suaminya.Masing-masing menganggap pendapatnyalah yg lebih tepat.

***

"Bukankah Umar bin Al-khatab juga mantan penyembah berhala ? Mantan musuh islam yg bengis dan dibenci Allah dan Rasul Nya?" Ungkap Hamidah suatu hari kepada kedua orang tuanya.

"Umar bin khatab sudah jelas-jelas bertobat,ananda.Dan ia menjadi orang yg betul-betul shalih itu sudah dijamin melalui lisan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam..."

"Apakah menurut Bapak dan Ibu,Fahrul belum betul-betul bertobat? Bapak dan Ibu bisa menjenguk hatinya sehingga kalau tobatnya itu palsu belaka?" Tanya Hamidah mendesak.

"Bukan begitu..." Ujar Bapaknya tenang.

"Ketulusan tobatnya itu,khan perlu diuji.Waktu beberapa bulan,apa sudah cukup membuatmu yakin,ananda.Kalau ia memang pemuda baik-baik? Pemuda yg shalih dan layak menjadi suamimu?" Sang Bapak balik bertanya.

"Saya pernah mendengar ungkapan ulama 'Kita hanya bisa menghukumi siapa pun berdasarkan lahiriah.Soal batin adalah urusan Allah...(2)" Tegas Halimah

"Setelah melihat kondisi lahiriahnya sebagai pemuda shalih,berapa waktu yg Bapak dan Ibu butuhkan untuk meyakini keshalihannya? Setahun,2 tahun,atau 10 tahun?

Orang tua Hamidah tak menjawab.

"Pak,Bu,bukankah banyak kaum munafik dijaman Nabi juga mampu menyembunyikan kekafiran mereka hingga bertahun-tahun,bahkan hingga mereka wafat?"

Sesaat,kedua orang tua Hamidah kembali terdiam.Mereka kehabisan kata-kata tapi yg jelas rasa penasaran masih saja menggelayuti hati mereka meski tak menyalahkan pendapat Hamidah namun mereka menganggap kekhawatiran mereka juga adalah kewajaran belaka.

Yah,terbukti selama hampir 1 bulan mereka masih belum bisa menerima Fahrul sebagai menantu bahkan setelah Fahrul sendiri ikut berdiskusi dg mereka dan mencoba meyakinkan keduanya bahwa ia sepenuhnya bertobat.Bahwa masa lalu kehidupan Ayahnya adalah masa lalu yg sudah mereka kubur bersama tapi kedua Orang tua Hamidah masih merasa belum puas.

Baru setelah putrinya itu membujuk mereka sekian waktu dan menggambarkan kesusahan hatinya yg begitu lama menanti kehadiran pendamping hidup yg membuatnya sempat berhenti kuliah selama 4 tahun lebih hati mereka luluh.Mereka berdua akhirnya mengalah keinginan Hamidah pun mereka penuhi.Toh,mereka juga tak ingin putrinya itu menderita.Selain itu mereka akhirnya mulai sedikit menyadari bahwa tak pantas menghalangi pernikahan putrinya dg semata-mata kekhawatiran belaka.

***

Dan hari ini Hamidah resmi menjadi istri Fahrul melalui sebuah akad pernikahan yg sederhana dirumah mereka.Hari itu juga dilangsungkan resepsi,walimah secara hitmat dan bersahaja.Kegembiraan itu pun deras mengaliri relung hati Hamidah.Fahrul pun tak kurang bahagianya harapan memperistri Hamidah,wanita muslimah yg ia pandang begitu alim dan shalihah akhirnya terwujud.Hari ini adalah hari paling sarat bahagia buat mereka berdua.

"Hai manusia,sesungguhnya kami menciptakan kamu sekalian dari jenis lelaki dan wanita dan kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal.Sesungguhnya yg paling mulia diantara kamu sekalian adalah yg paling bertakwa"(AL-HUJURAAT:17)

BERSAMBUNG.......

(1) Dzikir masya allah digunakan untuk komentar terhadap sesuatu yg indah dan menyenangkan.Selama ini kebanyakan islam indonesia keliru dalam menggunakannya sehingga saat mereka melihat sesuatu yg membuat mereka terkejut karena marah,jengkel dan sejenisnya seperti melihat seorang anak kecil dipukuli oleh ayahnya mereka mengucapkan masya allah ini adalah kekeliruan fatal seharusnya mereka mengucapkan subhanallah sebagai ganti masya allah
(2) Ungkapan itu berasal 'al-hukmu 'alazh zhawaahir wallahu yatawallassaraa-ir.hukum itu diberlakukan pada hal-hal yg bersifat lahiriah hanya allah yg maha mengetahui hal-hal yg tersembunyi

sumber :
  1. ('•.Jangan Jadi Muslimah Nyebelin.•')

Posting Komentar

0 Komentar