I-News

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Jadwal Open Trip dan Private Trip.
Private Trip, Mountain Guide, Porter Gunung, Paket Honeymoon, Study Tour, Family Gathering, Outbond, Outing, dll +62 85 643 455 865 (( WA / SMS / Telp )

Pendakian Gunung Slamet 3428 Mdpl

Pendakian Gunung Slamet 3428 Mdpl Dan Tipsnya Via Bambangan : Atap Jawa Tengah

Gunung ini merupakan gunung  yang gue kagum-kagumin dari dulu. Setiap gue lewat mudik mau naik kereta atau mobil, pasti gue akan melihat gunung ini. Dalam pikiran gue saat itu, gunung ini gede banget, asli gede bre kayanya juga ga sanggup buat didaki. Tapi itu dulu, sekarang akhirnya gue memberanikan diri untuk mendaki gunung ini. Sebelum mendaki gunung ini, sebelumnya ada aja loh halangan yang gue dapatin seperti waktu november 2015, gue uda tinggal ngangkat carrier doang ke terminal, eh sakit bre tiba-tiba panas kejeng, terus sebelum gue berangkat sebelum cerita ini dibuat, banyak banget cobaannya kaya deadline skripsi dan kepastian dari temen. Tapi alhamdulillah Allah menghendaki gue dan temen-temen untuk menggapai atap tertinggi Jawa Tengah ini, Gunung Slamet!

Temen-temen yang ikut dalam pendakian kali ini terdiri dari 2 perempuan dan 2 laki-laki, berasal dari satu kampus, satu jurusan, satu kelas malah, dan sama-sama lagi skrisi fighter pulak yaitu Lala, Like, Faisal, dan gue sendiri. Kita berangkat hari Jumat tanggal 27 Mei dengan bus Sinar Jaya tujuan Depok - Bobotsari, kita naik di pool bus nya langsung yang berada tepat di sebelah bank BNI dan balaikota Depok. Tepat jam setengah 5 sore bus berangkat.


Sabtu, 28 Mei 2016


Sabtu dini hari sekitar jam setengah 3 pagi, kami tiba di pertigaan serayu Bobotsari. Oh ya buat kalian yang naik bus, langsung aja pake bus yang tujuan Bobotsari ya, nanti bilang aja ama kondekturnya turun di pertigaan serayu, mereka juga paham sebetulnya. FYI aja pertigaan serayu itu 2 kilometer sebelum terminal bus Bobotsari, jadi kalo kalian turun di terminal, ya mau gamau pake ojek deh buat ke pertigaan serayunya lagi. Oke skip, kita pergi ke warung guna membeli snack, ternyata sudah ada mobil angkutan desa atau angkot antar pendaki Slamet yang siap mengantar kita kesana dan juga uda ada rombongan pendaki dari Taman Mini. Setelah tawar menawar harga, akhirnya disepakati kita mendapatkan tarif 30ribu dari serayu hingga basecamp Bambangan.


Tepat subuh kita sampai di basecamp Bambangan, saat itu sepi sekali, eh ternyata lagi pada bobo cuy di dalem basecamp. Gue agak kaget, soalnya dari luar itu basecamp nya kecil cuy, eh ternyata pas masuk basecampnya itu luas, bahkan bisa nampung puluhan pendaki yang ingin istirahat dulu, ada kamar mandi umum 4 lagi, keren! Di basecamp yang pemiliknya namanya bu Rahmah ini kalian disediain juga air putih baik panas atau normal dan juga teh tawar panas secara cuma-cuma loh, dan ramah banget pengelola basecamp di sini.

Basecamp Bu Rahmah

Bisa istirahat dulu

minum cuma-cuma
Singkat cerita setelah kami solat subuh dan packing ulang, kita juga mulai pemanasan untuk mendaki gunung Slamet ini. Kita jalan pagi hari dengan tujuan camp di pos 5 karena di sana terdapat sumber air dan juga tidak terlalu jauh dari puncak. Sekitar jam 8 pagi kita mulai pendakian dari basecamp bu Rahmah menuju pos registrasi di dekat gerbang pendakian Slamet. Dengan membayar 5ribu untuk tarif mendaki dan sedikit briefing dari ranger Slamet, pendakian kita mulai!

Gunung Slamet via Bambangan terdiri dari 9 pos dan terdapat 1 mata air yaitu di pos 5, medannya ga kenal ampun, begitu juga cuacanya, oke deh cekidot aja ceritanya.

Etape Basecamp - Pos 1 Pondok Gemirung

Perjalanan dari basecamp menuju pos 1 adalah jalur yang terpanjang dan cukup melelahkan. Awal-awal kita akan melewati ladang bawang penduduk dengan jalur yang masih normal menanjak. Setelah melewati ladang, jalur berubah menjadi agak terbuka dengan sekeliling pohon cemara. Setelah satu jam perjalanan, kita tiba di pos bayangan atau di pos perbatasan perhutani. Di pos ini terdapat warung yang buka setiap akhir pekan saja atau waktu liburan panjang. Setelah lewat pos bayangan ini, baru deh kita masuk ke dalam hutan cemara dengan trek yang cukup ampun tanjakannya. Singkat cerita, setelah pendakian selama 2 jam 5 menit, kami pun tiba di pos 1 Pondok Gemirung yang terdapat banyak warung jajanan dan juga gardu pandang. Perjalanan selama 2 jam 5 menit itu sudah termasuk berhenti sekitar 30 menit di pos bayangan. Di pos 1 kita juga istirahat lama, bahkan gue tidur bre saking ngantuknya.

Monggo es nya mba!



Etape Pos 1 - Pos 2 Pondok Walang

Setelah badan terasa seger abis tidur, sekitar jam 10.30 kami meneruskan perjalanan menuju pos 2. Perjalanan dari pos 1 menuju pos 2 sudah masuk ke dalam hutan Gunung Slamet yang lebatnya uda kaya Gunung Salak. Jalurnya menanjak cukup terjal, cukup membuat kami banyak istirahat juga. Tetapi untungnya karena hutannya lebat, perjalanan menjadi terasa adem ayem meskipun capek. Singkatnya, sekitar 1 jam 20 menit kami pun tiba di pos 2 yang juga terdapat warung seperti pos 1.



Duit kepake di Gunung juga ternyata

Jalur menuju pos 3

Etape Pos 2 - Pos 3 Pondok Cemara

Perjalanan dari pos 2 menuju pos 3 lebih berat dari sebelumnya. Jalannya full menanjak, meskipun ga sampe nyium dengkul, tapi cukup terjal dan membahayakan kaki karena banyak akar yang gampang ngebuat kita tersanjung tersandung. Kita juga berhenti dulu setelah 1 jam perjalanan di lahan yang datar untuk makan siang yang kami beli dari basecamp. Oh ya di jalur pos 2 menuju pos 3 ini kita juga bakal ketemu dengan persimpangan jalur yang ke arah Pemalang, tapi gue lupa nama jalurnya yang dari Pemalang itu. Setelah melewati beberapa tanjakan, kami tiba di pos 3 dengan lama perjalanan 1 jam 50 menit termasuk istirahat makan siang selama setengah jam. Oh ya di pos 3 ini merupakan alternatif buat kalian untuk camp kalau kalian kemalaman atau terlalu capek, di pos 3 terdapat lahan yang cukup muat 5 tenda.


Pos 3

Masih kaya pasar

Etape Pos 3 - Pos 4 Samarantu

Perjalanan dari pos 3 menuju pos 4 masih sama kaya sebelumnya, masih menanjak tetapi cukup terkendali. Sesekali kita melewati jalur yang persis banget kaya Pangrango, selokan men mana sempit pulak. Perjalanan juga cukup sunyi, krik banget sih, entah kebawa suasana dari pos 4 atau apa. Ya, setiap pendaki yang pernah mendaki Slamet atau yang akan naik dan nyari tau tentang jalur via Bambangan pasti tau lah ada apa dengan pos 4. Setelah berjalan selama 1 jam, kami pun tiba di pos 4. Pos 4 ditandai dengan 3 pohon besar yang duileh banget, padahal biasa aja tapi karena gue tau, ya agak serrrr lah. Di pos 4 terdapat lahan untuk bangun 3 tenda, tapi amat sangat jarang ada pendaki yang camp di sini, lebih baik camp di pos 3 atau lanjut ke pos selanjutnya. Nama posnya Samarantu yang artinya hantu yang samar, padahal hantu emang udah samar, eh ini ditambah samar, pusing gak tuh!

Pos yang agak gimana gitu

Lahan camp di pos 4

Etape pos 4 - Pos 5 Samyang Rangkah

Setelah istirahat sekitar 15 menit, sekitar jam setengah 4 sore kami melanjutkan perjalanan kembali menuju pos 5 dan juga sebagai tempat camp kita. Kita memang uda rencana mau camp di pos 5 karena dekat dengan sumber air dan juga melihat fisik temen-temen yang udah mulai capek terutama si nenek Like yang nafasnya uda semabut. Jalur dari pos 4 menuju pos 5 masih sama, menanjak, cuma agak lebih manusiawilah ya dibandingin jalur-jalur sebelumnya, dan pastinya jarak dari pos 4 ke pos 5 itu deket. Setelah 45 menit perjalanan, tepat jam 16.15 kita sampai di pos 5 dan langsung diriin tenda.

Kita mendirikan tenda dekat jalur menuju sumber air. Pada saat itu, belum banyak pendaki yang diriin tenda di pos 5, kebanyakan sudah berangkat untuk camp di pos 6 atau pos 7 karena dekat dari puncak. Oh ya kondisi pos 5 saat itu sangat memprihatinkan! Sampah bertebaran di mana-mana, uda kaya pos pembuangan sampah, apalagi di dalem bedengnya. Usut punya usut, waktu ketemu ranger lewat, sampah di sini menumpuk gara-gara long weekend kemaren yang tembus sampai 4000 pendaki! Aduh bingung juga ya, kenapa pihak Slamet ngijinin banyak banget pendaki naik, trus pendaki juga entah dia ga sadar atau emang dari dulu ga sadar-sadar main buang sampah sembarangan aja. Hal ini bukan cuma gue aja yang ngeluh, tapi juga pendaki lain dan ranger. Alhasil kita juga mungutin sampah mereka dan membakar bareng ranger waktu itu.

Lupakan soal sampah, pas camp di sini kemarin rame euy, trus kita juga saling bercengkrama sama pendaki lain, padahal belum kenal tapi uda akrab banget men, itulah nikmatnya kebersamaan mendaki gunung. Setelah ngobrol-ngobrol, masak makanan buat si perut yang uda mulai kruyuk-kruyuk, tepat jam 9 malem kita istirahat karena kita akan summit jam 3 pagi untuk menuju puncak Slamet.



Bedeng di Pos 5

Sampahnya :((


Minggu, 29 Mei 2016

Etape Pos 5 - Pos 6 Samyang Jampang

Sekitar jam 2 pagi kita semua bangun untuk siap-siap summit. Sebelum summit, kita sarapan dulu dengan memasak makanan TNI yaitu Ransum, enak ternyata ya bre mana banyak banget, praktis pula. Cuaca dini hari saat itu cerah banget, bahkan garis milkyway pun terlihat. Dalam hati alhamdulillah dikasih cuaca cerah buat summit ini, soalnya Slamet itu rawan banget soal cuaca, terutama kabutnya. Oke singkat cerita, tepat jam 3 pagi kami berempat beranjak untuk summit attack menuju puncak tertinggi kedua di pulau Jawa.

Perjalanan summit saat itu ramai pendaki juga, maklumlah soalnya weekend kita naiknya juga, jadi banyak temennya. Jalur dari pos 5 menuju pos 6 masih sama, nanjak, tapi masih manusiawi alias normal. Sekitar 15 menit berjalan, kamipun tiba di pos 6. Ternyata di pos 6 itu sepi bre, ga ada tenda sama sekali, mungkin karena lahan di pos 6 yang agak miring dan nanggung, mending sekalian camp di pos 7. Oh ya perjalanan 15 menit itu kita geber terus dengan istirahat minim.

Etape Pos 6 - Pos 7 Samyang Kendil

Kita ga lama istirahat di pos 6, cukup 5 menit, dan kita teruskan kembali perjalanan menuju pos 7. Nah baru deh, jalur dari pos 6 menuju pos 7 itu bikin kaki gempor nafas ngik, tanjakan udah mulai ga becanda lagi, ditambah kita bakal ngelewatin jalur yang cukup sempit macem selokan perumahan. Karena curamnya tanjakan dan udara yang tipis, kita berempat banyak istirahat. Singkat cerita, 30 menit perjalanan dari pos 6 kami pun tiba di pos 7. Pos 7 merupakan tempat favorit pendaki untuk camp karena dekat dari puncak. Tapi kalau kalian bawa carrier untuk ke pos 7, ya lumayan si, lumayan nyeri! Lahan camp di sini juga cukup luas, ada di deket bedeng, ada juga keatasan lagi di deket pos 8 masih nampung beberapa tenda.


Etape Pos 7 - Pos 8

Perjalanan dari pos 7 menuju pos 8 sudah mulai terbuka dengan jalur yang menanjak curam. Awalnya, gue pikir dari pos 7 itu langsung ke Plawangan, eh ternyata ada pos lagi yaitu pos 8 dan gue lupa namanya. Perjalanan dari pos 7 menuju pos 8 hanya 10 menit, tapi jalurnya nanjak banget.

Etape Pos 8 - Plawangan

Baru kita jalan sebentar, cuaca yang awalnya cerah, bintang bertebaran sama gemerlap lampu kota kelihatan, mendadak gelap bray! Bukan gara-gara malem, tapi kabut tiba-tiba turun dari puncak, ditambah angin yang semabut banget. Dari pos 8 menuju Plawangan kita jalan terus, minim banget istirahat. Istirahat agak lama sambil nimbrung sama pendaki lain yang buat api unggun karena angin uda ga karu-karuan kencengnya. Setelah diam sambil menghangatkan diri di pelukandia api unggun, kita melanjutkan perjalanan kembali. Alhamdulillah cuaca kembali cerah pasca diterjang kabut angin. Singkat cerita, kami tiba di Plawangan tepat adzan subuh atau 30 menit pendakian dari pos 8. Oh ya 30 menit itu jalan ya, belum keitung pas menghangatkan diri tadi.

Etape Plawangan - Puncak Slamet 3428 Mdpl

Sebelum kita ke puncak yang udah di depan mata kita banget, kita solat subuh dulu. Cuaca saat itu cerah, tapi setelah kita selsai solat jam 5 pagi, cuaca berubah menjadi kacau balau! Badai datang dari bawah, angin kenceng banget, dingin, dan jarak pandang cuma 5 meter palingan. Di sini kamipun bersama pendaki lain berlindung di naungan ka'bah antara semak-semak cantigi dan bebatuan. Asli bre, gue baru pertama kali ngalamin badai angin dan kabut di pagi hari, biasanya kan pagi hari itu cerah. Badai berlangsung cukup lama, hingga matahari terbit, badai masih menerjang, udara semakin dingin, dan temen-temen gue juga uda mulai semabut gara-gara dinginnya udara. Di sini kita pasrah, kalau emang badai ga berhenti, yasudah memang belum rezeki ke atap Jawa Tengah ini.

Pas banget kita mau menyudahi untuk turun, alhamdulillah bre Allah denger doa kita! Yap, cuaca yang tadinya uda kacau balau, angin kenceng banget ditambah kabut yang tebel, langsung cerah cuma dalam hitungan detik! Saat itu juga kami terhanyut puji syukur kepada Allah dan langsung bergegas menuju atap Jawa Tengah yang sudah terlihat dari Plawangan tepat jam 6 pagi.

Sunrise kala itu :(

Tebalnya kabut
Eh lama-lama pudar

Semakin pudar

Langsung cerah bre!

Jalur dari Plawangan menuju puncak Slamet sangat terjal. Tetapi kita diuntungkan sama jalur ini karena masih banyak batuan yang padet buat dipijak, hampir sama kaya merapi cuma ga ada jalur pasir halus di Slamet, jadi naiknya enak banget. Ditambah pemandangan yang Masya Allah banget, kamipun jadi semangat untuk menuju atap Jawa Tengah ini. Tepat jam 7 pagi perjalanan selama 1 jam alhamdulillah kami berempat menginjakan kaki di gunung tertinggi kedua di pulau Jawa, atapnya Jawa Tengah!

Atap Jawa Tengah!
Kawah Segara Wedi Slamet
Laut Jawa pun terlihat jelas
Kami berempat dari tim apadah
Kita di puncak cukup lama, foto-foto, ngerecokin makanan orang, si Like ama Lala diajak selfie mulu sama pendaki lain uda kaya ketemu artis, makan minum sambil menikmati keindahan cipataan Allah yang luar biasa ini. Kami tidak pergi ke puncak Baturaden atau biasa disebut puncak Surono karena temen-temen udah capek, lagian puncak Slamet memang yang tertinggi adalah dari Bambangan. Kami juga hanya menikmati kawah segara wedi dari puncak Bambangan, sangat keren, gede, dan wow banget deh!

Tepat jam setengah 9 pagi kami turun kembali. Awalnya, gue pribadi seneng ternyata jalur menuju puncak Slamet itu ga seberat Merapi apalagi Semeru, eh ternyata tantangah terbesarnya justru pas turun! Kami dan pendaki lain ga bisa turun sesuka hati kaya di Merapi atau Semeru karena jalur di Slamet itu bebatuan dan krikil yang bercampur pasir, alhasil licinnya luar biyasah, kebanyakan turun jongkok bre! Gue pun jatoh 2 kali, untung aja jatohnya normal, ga fatal. Banyak loh pendaki yang terkilir kakinya pas turun dari puncak. Pokoknya harus super hati-hati, haram hukumnya lari kecuali kalo mau mati. Oh ya perjalanan turun juga kami diterjang badai angin dan juga kabut tetapi ga begitu tebal, asli tegang bre uda jalur nya ekstrim, angin kenceng yang bikin badan kaya mau terbang, ditambah kabut yang menghalangi pandangan. Kamipun tiba kembali di Plawangan setelah 45 menit perjalanan turun dari puncak, lama ya, tapi menurut kami itu uda cukup cepat karena emang jalurnya ekstrim banget buat turun ditambah cuacanya yang buruk.

Perjalanan turun ya kaya  begini, kebanyakan jongkok!

Perjalanan dari Plawangan menuju pos 8 itu cepet. Tapi usahain selalu ambil jalur kiri ya, karena waktu itu gue ngambil jalur kanan, eh jalurnya asing, ngelewatin jalur selokan padahal pas naik ga lewat jalur selokan, intinya ke kiri terus. Perjalanan dari Plawangan ke pos 8 hanya 10 menit.

Karena perjalanan turun cepat, singkatnya dari puncak hingga tempat camp lagi yaitu pos 5, kami turun hanya 1 jam setengah sudah termasuk istirahat. Nah sebelum turun kembali ke basecamp, kami masak dulu, ngambil air dulu yang jaraknya lumayan. Singkat cerita, tepat jam setengah 2 siang kamipun turun kembali menuju basecamp dan ucapkan selamat tinggal ke puncak Slamet dan juga tempat camp kita.

Perjalanan dari pos 5 menuju pos 4 kami lalui hanya 20 menit, dari pos 4 menuju pos 3 hanya 30 menit. Nah pas di tengah perjalanan di antara pos 3 dan pos 2, hujan turun sederes-deresnya! Yap Slamet sudah 4 hari ga diguyur hujan dan saat kita turun baru diguyur hujan lagi. Hujannya dicampur angin yang kenceng banget, badai banget lah ampe payung gue aja rusak. Perjalanan sekitar 40 menit kami tiba di pos 2. Perjalanan dari pos 2 menuju pos 1 selama 40 menit juga, dan akhir perjalanan ini dari pos 1 sampai basecamp selama 1 jam. Tepat adzan mahgrib atau setengah 6 sore kami tiba di basecamp dengan keadaan sehat walafiat, lapor ke basecamp, dan segera menuju basecamp bu Rahmah untuk istirahat. Oh ya perjalanan turun selama 4 setengah jam karena kita banyak istirahat minum teh menunggu badai agak redaan, jalannya agak lama karena badai yang ampun-ampunan ga lama muncul terus ilang eh muncul lagi. Rencana kami untuk pulang kembali ke Depok hari minggu malam pupus, jadi kami pulang kembali menuju Depok hari senin pagi dari Purwokerto naik bus dengan mencarter mobil bak bu Rahmah yang dikasih harga miring banget karena ngeliat kami berempat kasian, dhuafa.

Oh ya buat lebih enak, gue kalkulasiin berapa lama kami mendaki dan turun gunung Slamet ini :

Perjalanan Naik ( Dari basecamp hingga pos 5 atau tempat kita diriin tenda keitung waktu istirahat, tetapi dari pos 5 - puncak waktu istirahat tidak dihitung)



Basecamp – Pos 1
125 menit
Pos 1 – Pos 2
80 menit
Pos 2 – Pos 3
110 menit
Pos 3 – Pos 4
60 menit
Pos 4 – Pos 5
Total pendakian
45 menit
420 menit / 7 jam
Pos 5 – Pos 6
15 menit (daypack)
Pos 6 – Pos 7
30 menit (daypack)
Pos 7 – Pos 8
10 menit (daypack)
Pos 8 – Plawangan
30 menit (daypack)
Plawangan – Puncak
Total Pendakian Summit
60 menit (daypack)
145 menit / 2 jam 25 menit


Perjalanan Turun (Dari puncak hingga basecamp, waktu istirahat sama sekali tidak dihitung)



Puncak – Plawangan
45 menit (daypack)
Plawangan – Pos 5
90 menit
Pos 5 – Basecamp
130 menit


Gue ada tips buat kalian yang ingin mendaki Gunung Slamet via Bambangan ini :
  1. Kalau kalian dari Jakarta, enaknya langsung naik bus ke Bobotsari, bilang sama keneknya turun di pertigaan Serayu.
  2. Kalau kalian dari Jakarta tapi naik kereta, turun di stasiun purwokerto, dari sana naik angkot ke terminal Bulupitu, lanjut naik bus ke Purbalingga, nah dari Purbalingga naik bus ke Bobotsari, turun Serayu. Untuk ongkos, rata-rata bus tarifnya 10-15rb.
  3. Kalian juga bisa charter kendaraan dari Stasiun Purwokerto pake jasanya transportasi basecamp bu Rahmah, harga charternya 300-400rb atau sekitar 50rb sekali jalan untuk 8 orang, negosiasi aja karena doi baik banget! Untuk nomornya 085726000335.
  4. Dari pertigaan Serayu, kalian pakai mobil angkutan desa, usahain ngikut rombongan pendaki lain kalau rombongan kalian ga sampe 10 orang. Karena kalau kurang dari itu, dianggap charter. Tarifnya 40rb sekali jalan, bisa nambah kalau kalian kurang dari 10 orang tetapi bisa kurang kalau kalian lebih dari 10 orang (kemarin gue kena 30rb dengan penumpang 13 orang).
  5. Atau kalian bisa juga naik ojek, tarifnya sekitar 50-60rb sekali jalan dari Serayu hingga Bambangan
  6. Kalau kalian kelewatan pertigaan Serayu dan berhenti di terminal Bobotsari, naik aja ojek dari Bobotsari sampe serayu, cuma 2 kilometer aja jaraknya tarifnya 10rb.
  7. Di basecamp Bambangan sinyal yang bagus cuma indosat, lainnya normal buat nelpon sms tapi lemot buat internetan.
  8. Jalur pendakian via Bambangan paling direkomendasikan, aman, jelas, tapi ga ngasih ampun mulai dari basecamp sampai puncak, tanjakan terus, minim bonus. Bonus cuma banyak dari basecamp ke pos 1.
  9. Saran gue, enaknya kalian camp di pos 5. Selain deket sama sumber air, lahannya cukup luas dan ke puncak juga ga jauh banget dan terasa ringan. Sumber air juga hanya ada di Pos 5.
  10. Untuk tempat camp, kalian bisa diriin tenda di antara pos 4 dan pos 5 (nyelip-nyelip), pos 5, antara pos 5 dan pos 6 (nyelip), pos 6 kurang rekomended karena miring, lalu pos 7 dan sedikit keatas dekat pos 8, tetapi sudah sangat terbuka.
  11. Waspadalah sama cuaca yang berubaha secara cepat di Slamet, terutama ketika kalian ingin summit.

Oke deh itu dia cerita gue mendaki Gunung Slamet di akhir mei bareng temen-temen gue. Dengan predikat gunung tertinggi di Jawa Tengah dan juga tertinggi kedua di pulau Jawa, rasanya semua rintangan baik jalur yang ga kenal ampun dan juga cuaca yang cepet banget berubah, memang pantas disandangkan untuk gunung ini. Buat kalian yang mendaki gunung ataupun yang berhubungan dengan jelajah alam, jagalah alam mu seperti kau menjaga kekasihmu, jangan kau rusak dengan sampah, jangan buat vandalisme, tetep patuhi etika ketika di alam bebas, ga cuma di gunung, karena kekasihmu alam sejatinya untuk keberlangsungan kita bersama. Salam lestari dan salam secangkir kopi semuanya!



Gunung Slamet, 28-29 Mei 2016




Posting Komentar

0 Komentar